Rahim Pengganti

Bab 130 "Melepas Rindu 21+"



Bab 130 "Melepas Rindu 21+"

0Bab 130     

Melepas Rindu     

Hari demi hari telah dilalui, kondisi Carissa juga sudah mulai membaik. Bahkan efek racun yang sebelumnya menyerang, sudah tidak ada lagi. Tiga orang sudah tertangkap Surya, Beno, Budi saat ini sedang dalam masih penyelidikan.     

Untuk Andi masih belum bisa di proses karena bukti dan saksi saksi yang dikumpulkan oleh Bian belum lengkap. Bukti yang diberikan oleh Bunda Iren dengan mudahnya diputar balikkan oleh pihak sana, sehingga hal itu seolah di telan bumi.     

"Aku kapan bisa pulang mas?" rengek Carissa. Wanita itu, sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah mereka selama hampir beberapa hari di rumah sakit membuat Cariss begitu bosan. Apalagi dengan dirinya yang merindukan kedua anaknya, Ryu dan juga Melody membuat Carissa semakin tidak betah berada di sana. Bian tersenyum ke arah istrinya sudah berulang kali istrinya itu menanyakan hal serupa mengenai kapan mereka akan pulang.     

Namun, Bian juga sudah berulang kali menjelaskan hal tersebut, saat seperti ini Carissa sangat mirip dengan Melody yang tidak sabar dalam segala hal. "Nanti sayang. Masih harus ada beberapa pemeriksaan. Nanti kalau udah selesai, dan dinyatakan baik kita bisa pulang," ujar Bian. Carisaa hanya menatap malas ke arah suaminya itu, wanita itu sudah sangat bosan dengan keberadaan di tempat ini, tapi suaminya tetap tidak mengerti akan hal itu.     

Wanita itu membalikkan wajahnya, Carissa lalu mengambil handphone yang ada di atas lemari samping tempat dirinya tidur, wanita itu mengotak atik handphonenya lalu sedikit merebahkan tubuhnya. Bian hanya menatap sekilas ke arah istrinya itu lalu kembali fokus pada laptop yang ada di depannya.     

Pria itu mengerjakan semua urusan kantor di rumah, sakit tidak pernah sedetik pun Bian meninggalkan Carissa seorang diri. Pria itu benar benar, menjaga istrinya dari hal hal yang tidak diinginkan. Bahkan saat keluarganya datang Bian juga tidak menjauh dari istrinya. Pria itu tetap berada di dekat Carissa, dirinya tidak mau mengambil sebuah resiko yang belum terjadi.     

Ting     

Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponsel Bian, pria itu segera mengeceknya dan ternyata pesan itu dari Elang yang mengatakan bahwa ada seorang pria paruh baya yang mencoba mencari di perusahaan.     

Bian terdiam sesaat membaca pesan singkat itu, karena selama ini tidak ada orang yang datang perusahaannya sebelum memberikan kabar kepada nya, dan ini mustahil sekali. Segera Bian mencoba menelpon Elang untuk mencari tahu siapa orang yang dimaksud.     

"Siapa?" tanya Bian to the point.     

"Gue gak tahu, yang jelas kata Andrian dia ngotot pengen ketemu lo. Pas gue datang ngecek orang nya udah gak ada," jelas Elang.     

"Lo dimana?" tanyanya.     

"Gue masih di kantor lo, sama Andrian nunggu siapa tahu dia datang lagi. Kata Andrian juga, pria itu terlihat elegan, bahkan datang dengan beberapa mobil pengawal."     

Dahi Bian berkerut, pria itu tidak mengenal siapa orang, yang dimaksud oleh Elang dan Andrian.     

"Gimana semuanya?" tanya Bian, sambil menoleh ke arah Carissa yang masih fokus dengan ponselnya.     

Ponsel Elang di buat dalam mode speaker, sehingga membuat Andrian juga bisa menjelaskan semua hal yang ada. Kasus ini ternyata cepat naik ke pengadilan tinggi, tuntutan yang dilakukan cukup banyak. Sehingga membuat, jalan mereka mulus dalam segala hal.     

"Gue tunggu info kalian selanjutnya."     

Panggilan itu lalu diputuskan oleh Bian, tepat saat itu juga. Pintu kamar Cariss terbuka, di sana menampilkan Tante Elsa dan Bunda Iren. Kedua wanita itu langsung mendekati Carissa memeluk wanita itu dengan begitu erat, dan menanyakan bagaimana keadaannya.     

"Bunda bawaain makan siang buat kamu, dimakan dulu Bian," ujar bunda Iren. Bian beranjak dari tempat duduknya, lalu mendekati kedua wanita itu dan langsung mengambil tempat makan yang di bawa oleh bunda Iren. "Harusnya bunda gak usah repot-repot. Bian bisa beli makan di kantin atau pesan online," ucap Bian. Pria itu tidak enak dengan Iren yang selalu direpotkan olehnya membuatkan makanan. Bian tahu, saat ini wanita itu juga repot harus menjaga Melody dan Ryu disaat dirinya dan Carissa tidak ada di rumah mereka.     

"Gak ada yang repot, udah kamu makan dulu. Kerjanya bisa nanti," balas bunda Iren. Bian menganggukkan kepalanya, lalu mengucapkan banyak terima kasih kepada bunda Iren untuk makan siang yang begitu nikmat itu.     

Selagi Bian makan, Tante Elsa dan Bunda Iren sibuk bercerita melihat hal itu membuat Carissa tersenyum kedua wanita itu sedang berusaha membuat Caca untuk tidak bosan. Sebelum mereka datang ke sana, Bian sudah meminta untuk membuat istrinya itu tidak bosan. Karena dokter masih harus memeriksa keadaan Carissa takut racun yang ada di dalam peluru kembali berulah dan menyerang semua organ vital, meskipun dokter sudah mengatakan bahwa semuanya baik baik saja.     

Di lain tempat, Andi terus menerus mengawasi kantor Bian yang menjadi tempat pertama kali baginya bertemu dengan Carissa. Pria paruh baya, itu tidak tahu harus bertindak seperti apa. Dirinya berniat untuk melihat anaknya itu namun, keegoisan yang ada membuat Andi hanya bisa berdiam diri di sana. Mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi, takdir apa yang saat ini sedang mempermainkan mereka.     

"Boss," panggilnya. Andi lalu menatap ke arah depan.     

"Ada apa?" tanya Andi dengan nada dinginnya. Dua orang tersebut, bisa merasakan aura tidak baik yang menyerap di dalam mobil tersebut.     

"Kasus pak Surya, pak Budi, dan juga pak Beno saat ini sudah masuk ke pengadilan Boss," jelasnya.     

Helaan nafas berat terdengar sangat jelas, pria itu juga tidak tahu harus berbuat seperti apa. Semua rencana yang sudah dirinya rancang, kandas begitu saja. Rencana yang harusnya bisa menghancurkan semua keluarga besar Gunawan hanya menjadi mimpi. Sampai detik ini Andi belum menemui ketiga orang nya itu, pria itu masih menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan dirinya.     

Sebagai seseorang yang dipandang baik, membuat dirinya juga harus menjaga sikap. Topeng malaikat yang di tampilkan oleh Andi membuat beberapa orang yang mengenalnya tidak pernah mengira jika iblis jahat yang memiliki perasaan acuh itu adalah Andi Brata.     

"Biarkan saja dulu. Kita harus melihat keadaan, jika memungkinkan semuanya akan mudah. Tapi jika tidak masih ada cara lain yang dilakukan," ucapnya.     

Orang terpercayanya itu hanya menganggukkan kepalanya pria itu tahu jika Andi tidak akan salah dalam mengambil suatu keputusan. Pria itu akan sesuai dengan sasaran yang ada. "Antar saya ke rumah sakit Cempaka indah sekarang," ucapnya.     

"Baik Boss."     

Mobil berwarna putih itu, segera berjalan meninggalkan area kantor Bian. Sepanjang perjalanan Andi hanya menatap keluar jendela berulang kali terdengar helaan nafas berat bagaimana tidak kali ini dirinya akan bertemu dengan anak yang hampir dua puluh lima tahun, tidak pernah dijumpainya bahkan tahu juga tidak pernah.     

Tidak membutuhkan banyak waktu, mobil berwarna putih itu sudah berada di depan lobby rumah sakit, berulang kali Andi menarik nafas nya berat, pria itu sangat ragu untuk masuk ke dalam. Namun, dengan tekad yang sudah bulat membuatnya masuk ke dalam sana.     

***     

Dari luar ruangan Andi bisa melihat ada bunda Iren yang baru keluar dari ruangan Carissa keduanya tidak bertemu, saat melihat sosok Iren pria itu langsung menghindarinya. Dirinya tidak mau gagal melihat sang anak dari dekat namun, nyata sama saja di dekat ruangan Carissa di jaga oleh beberapa orang. Sehingga membuatnya, tidak mampu untuk mendekat.     

"Apa boss ingin saya menyingkirkan mereka?" tanyanya. Andi menoleh ke arah anak buahnya itu, terlihat raut wajah tidak suka dengan ucapan yang baru dirinya dekat melihat tatapan berbeda dari boss nya itu membuat orang tersebut menundukkan kepalanya.     

Kembali Andi menatap ke arah ruangan Carissa tanpa berniat untuk bergerak masuk ke dalam sana. Cukup lama pria itu berada di sana hingga akhirnya mengajak anak buah nya itu untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.     

Hari demi hari, berlalu begitu saja. Semua sudah membaik dan Carissa sudah boleh pulang ke rumah. Hal itu membuat dirinya begitu bahagia, sudah terlalu la dirinya berpisah dengan kedua anaknya apa lagi dengan Ryu yang masih sangat kecil. Hal ini membuat Carissa tidak sabar untuk segera pulang. Melihat canda dan tawa yang ditampilkan oleh Ryu dan juga Melody menjadi penyejuk hatinya.     

"Ayo," ajak Bian. Carissa menganggukkan kepalanya, keduanya berjalan menuju lobby dimana Jodi sudah menunggu mereka. Sepanjang jalan senyum bahagia terpantri di wajah Carissa kebahagian ini benar benar membuat wanita itu bersemangat dalam segala hal. Keduanya bahkan tidak tahu, jika sejak tadi diawasi oleh seseorang yang terus menatap ke arah mereka.     

Andi mengetahui jika Carissa akan pulang itulah membuat pria itu berada di sana. Namun, untuk bertemu dengan Carissa dan menatap matanya pria itu tidak sanggup.     

"Ayo … kita harus mengikuti mereka, tapi ingat harus menjaga jarak," ucapnya. Mereka lalu mengikuti mobil Carissa yang berada di depan sana, jarak yang sedikit jauh membuat mobil yang dikendarai oleh Jodi tidak curiga.     

"Sorry Ca, gue dan yang lain gak jenguk lo lagi," ucap Jodi.     

"Santai aja Mas. Aku tahu kok kalian pasti banyak kerjaan, apa lagi kalau lihat mas Bian yang ada di depan laptop terus menerus," jawab Carissa.     

"Gimana lo sekarang udah naikkan? Atau ada yang masih sakit?" tanya Jodi. Mendengar pertanyaan itu membuat, Bian hanya menghela nafas berat. Sahabatnya itu sejak kapan peduli dengan Carissa, Jodi yang tahu jika Bian cemburu terus bertanya dan mengajak Carissa berbicara.     

Jodi sedikit kesal dengan Bian yang membuatnya seolah menjadi sopir mereka karena Bian juga ikut duduk di belakang. Pria itu tidak mendengarkan, protes yang dilayangkan oleh Jodi membuat akhirnya timbul ide untuk menjahili Bian.     

"Udah deh, ngobrol mulu. Kamu masih harus istirahat sayang. Gak usah banyak bicara," potong Bian. Carissa mengerutkan dahinya, mendengar ucapan yang dilontarkan oleh suaminya itu. Carissa yang tidak bertanya hanya diam dan menyandarkan kepalanya ke dada Bian, tempat ternyaman yang membuat Carissa ingin selalu berada di dalam dekapan suaminya.     

Mobil tersebut sudah masuk ke dalam komplek perumahan Bian, setelah berhenti di depan rumah mereka. Carissa langsung saja turun, Bian hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah laku sang istri yang selalu membuatnya was was. Bagaimana tidak, Carissa bertingkah seperti ini berjalan dengan cepat supaya bisa melihat kedua anaknya. Padahal berjalan biasa saja, juga bisa bertemu.     

***     

Pipi Ryu sudah habis di kecup terus menerus oleh Carissa. Wanita itu benar benar begitu, bahagia bisa berada di rumahnya kembali. Suasana rumah ini juga sudah berubah, banyak barang yang pecah dan dihancurkan juga sudah kembali seperti semula.     

Melody yang baru saja tertidur tidak mau jauh dari bundanya, anak itu selalu mengikut Carissa dan tidur di sampingnya. Ryu yang baru saja terlelap tidak peduli dengan Carissa yang, sibuk memainkan pipinya.     

Carissa begitu bahagia, bisa kembali bertemu dengan kedua anaknya. Kejadian itu begitu cepat sehingga membuatnya, takut jika dirinya tidak bisa kembali melihat senyum kedua anaknya. Mimpi yang pernah terjadi, sudah dirinya ceritakan kepada Bian dan Bunda Iren, dan karena hal itu juga Bunda Iren berencana ingin mengajak Carissa pergi ke suatu tempat ketika wanita itu sudah kembali pulih.     

Malam harinya tak henti hentinya Carissa menatap ke arah kedua anaknya malam ini wanita itu ingin tidur bersama dengan Melody dan Ryu beberapa hari tidak bertemu langsung membuat rasa rindu yang begitu dalam, sehingga malam ini Carissa ingin menghabiskan waktunya bersama dengan kedua anaknya.     

"Kenapa belum tidur?" tanya Bian, pria itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Carissa menoleh ke arah suaminya, senyum manis tercipta dengan sangat jelas di raut wajah Carissa.     

"Aku menunggu kamu Mas." Mendengar hal itu rasanya Bian ingin memakan istrinya saat ini juga namun, sepertinya hal itu tidak akan mungkin kondisi Carissa baru pulih sehingga membuat Bian harus kembali menahan semua godaan yang ada di depannya saat ini.     

Bain mendekat dan duduk di samping Carissa dilihatnya anak gadisnya itu sudah tertidur dengan sangat lelap di sudut sana pembatas diantara keduanya sebuah guling besar supaya tidur Melody yang nakal tidak mengenai Ryu.     

"Tidur. Kamu belum boleh banyak aktivitas, biar besok bisa main lagi sama anak anak," ucap Bian. Carissa lalu ikut berbaring di samping anaknya sedangkan Bian juga memeluk Carissa dari belakang. Malam ini mereka berempat tertidur dengan begitu nyenyak menikmati hari yang begitu melelahkan.     

***     

Satu Minggu berlalu, kondisi Carissa benar benar sudah membaik. Wanita itu juga sudah kembali mengerjakan semua aktivitasnya meskipun, masih dalam pengawasan Bian dan juga bunda Iren.     

"Mas!!" pekik Carissa ketika merasakan seseorang memeluknya dari belakang, Carissa tahu siapa pelakunya. Karena hari ini hanya ada keduanya, bunda Iren bersama dengan Siska sedang pergi ke tempat WO yang akan digunakan oleh Siska dan Elang dalam acara pernikahan mereka nanti.     

"Kenapa," ucap Bian tepat di telinga istrinya. Saat seperti ini, Bian sangat suka menggoda istrinya itu memancing Carissa supaya meminta lebih. Apalagi keadaan rumah yang memang sedang sepi. Melody dan Ryu sedang tidur di dalam kamar mereka dan Susi juga sudah diminta Bian untuk tidak keluar dari kamarnya. Sehingga membuat pria itu dengan sengaja mendekati sang istri yang sedang berada di dapur.     

"Geser Mas. Aku mau masakan ini dulu, nanti anak anak bangun minta makan," ucap Carissa. Namun, Bian tidak mendengar ucapan tersebut, pria itu semakin menjadi menggoda Carissa mendaratkan bibirnya ke leher jenjang milik istrinya itu mengecup dengan sedikit menggigit membuat tubuh Carissa meremang.     

"Ahh!!" desahan kecil itu lolos dari mulutnya dan hal itu membuat Bian tersenyum licik permainan dan pancingan dirinya ternyata berhasil. Dengan segera Bian membalik istrinya, membuat keduanya saling menatap satu dengan lainnya. Hingga Bian segera menyatukan bibir mereka, bibir yang menjadi candu untuk Bian.     

Ciuman itu tidak menuntut, keduanya saling melumat satu dengan lainnya. Bahkan tangan Bian sudah mematikan kompor, dan juga membawa istrinya untuk duduk di meja samping kompor.     

Kedua tangan Carissa berada di leher suaminya ciuman itu berjalan menuju leher, Bian membuat sebuah tanda di sana mendapatkan hal itu semakin membuat tubuh Carissa bergetar. Kedua tangan Bian dengan sangat lincah membuka daster yang digunakan oleh Carissa. Setiap kecupan yang diberikan oleh Carissa sudah berjalan hingga kedua dada Caca, mata Bian menatap kedua bukit kembar yang semakin hari semakin menggoda nya.     

"Ryu, ayah pinjam sebenar ya. Kamu harus bisa berbagi dengan ayah," ucap Bian di dalam hati.     

Bian langsung menghisap kedua bukit kembar itu bergantian, saat ini Bian sudah seperti seorang bayi yang begitu kehausan. Tangan tangan cantik Carissa sudah meremas rambut Bian hal itu semakin membuat Bian bersemangat dalam melakukan aksinya.     

Bian membawa Carissa ke dalam kamar di dekat dapur, kamar tamu yang selalu menjadi tempat mereka melepaskan rindu yang ada. Tanpa melepaskan ciuman mereka, Bian membawa istrinya ke atas tempat tidur.     

***     

Sore harinya, Carissa yang sudah berjanji dengan kedua anaknya akan mengajak mereka bermain di taman akhirnya terjadi juga. Saat ini, mereka sedang bersiap dan menunggu, Bian yang masih mencari topi yang pas untuk Ryu.     

"Kita jadi pergi, kan bunda?" tanya Melody dengan raut wajah begitu indah. Carissa tersenyum ke arah, anaknya itu. "Iya sayang, sebentar kita tunggu Ayah sama adek ya," ucapnya. Melody langsung menganggukkan kepalanya. Tak lama Bian dan Ryu turun dari dalam kamar, pria itu sudah menggendong anaknya di depan seperti koala.     

Melihat hal itu membuat Carissa menawarkan dirinya untuk menggendong Ryu namun, Bian menolak hingga akhirnya mereka pergi menuju taman bersama. Troller yang akan digunakan Ryu digantikan oleh Melody anak kecil itu sangat manja dengan kedua orang tuanya.     

"Bunda nanti beli cilok ya," ucapnya. Carissa dan Bian saling menatap satu dengan lainnya, keduanya kaget dengan apa yang diucapkan oleh Melody, sejak kapan anaknya ini kenal dengan makanan seperti itu. Bahkan Carissa sendiri, belum pernah membuatkannya kenapa bisa Melody tahu. "Kakak tadi bilang apa nak? Mau beli apa sayang?" tanya Carissa kembali.     

Saat ini mereka sudah duduk dibangku taman, cuaca yang mendung dan tidak begitu panas membuat banyak orang yang bermain di sana.     

"Itu bunda yang bulat bulat, kalau Onty Siska beli nya suka di kasih kecap. Enak bunda," ucap Melody. Bian dan Carissa akhirnya tahu siapa dalang yang mengenalkan Melody dengan makanan itu. Carissa tidak melarang anaknya, hanya saja sebagai seorang ibu dirinya khawatir jika anaknya makan dengan sembarangan.     

"Tapi beli kok bunda. Yang jual juga pake sarung tangan dan tertutup," lanjut Melody. Anak itu seolah tahu apa yang dipikirkan oleh bunda, Melody begitu pintar dalam menyerap segala hal. Sehingga membuat Bian dan Carissa harus begitu ketat menjaga dan mengarahkan anak anaknya itu.     

"Jadi boleh, kan bunda beli. Kakak pengen," ucapnya lagi. Bian dan Carissa tersenyum anak mereka ini selalu ada saja yang diucapkan. Carissa lalu menganggukkan kepala dan hal itu membuat Melody bersorak bahagia.     

Melody mengajak sang ayah untuk bermain ayunan sedangkan Carissa duduk bersama dengan Ryu yang tertawa melihat sang kakak berlari kesana-kemari bersama dengan ayahnya.     

Senyum di wajah Carissa begitu lebar, wanita itu lalu ikut bergabung dengan anak yang suaminya. Membawa Ryu ke arah mereka tidak mudah, anak itu terus bergerak saat sudah dekat dengan kedua orang yang dikenalnya Bian segera mengambil Ryu dan mengajak anak laki lakinya itu bermain. Tawa Ryu dan Melody terdengar dengan sangat jelas.     

"Bunda haus!!" rengek Melody.     

"Oke. Kakak tunggu di sini, biar bunda cari minum dulu ya. Mas titip anak anak sebentar ya," ucap Carissa kepada Bian.     

"Mas aja yang cari," usul Bian. Namun, Carissa menggelengkan kepalanya. "Jangan Mas. Kamu di sini aja, ajak main anak anak. Aku ke sana sebentar ya. Gak akan lama kok," ucap Carissa. Bian sedikit tidak setuju namun, ketika melihat mata sang istri membuat Bian akhirnya menganggukkan kepalanya dan melihat hal itu membuat Carissa tersenyum bahagia. Wanita itu segera pergi dan mencari minuman untuk kedua anak anaknya, tadi saat di rumah Carissa lupa membawa botol minum untuk mereka.     

Carissa berjalan sedikit jauh, hingga akhirnya bertemu dengan warung yang tidak begitu besar.     

"Air mineralnya bu beli 2 ya," ucapnya. Pemilik warung itu segera mengambilkan keperluan Carissa, hingga seseorang mendekati Caca tampilannya begitu lusuh dan kumal membuat siapa saja yang melihat orang itu pasti menjauh.     

"Bagi sedekahnya bu, saya belum makan," ucapnya. Mendengar hal itu membuat hati dan perasaan Carissa teriris. Wanita itu sangat mudah tersentuh dengan hal seperti ini, karena dulu saat panti sangat sangat jatuh Carissa dan lainnya juga merasakan kekurangan seperti ini. Apalagi pria itu sudah terlihat sangat rentan, dan membuat hati Carissa berdetak.     

"Bu air mineralnya dua lagi, sama beli roti dan beberapa cemilan lain ya. Terus kantongnya pisah ya Bu," ucap Carissa. Pemilik warung menganggukkan kepalanya mengerti dan segera memberikan pesanan yang diinginkan oleh Carissa.     

"Ini neng," ucap pemilik warung. Carissa tak lupa mengucapkan terima kasih dan membayar semuanya. Lalu Carissa mendekati bapak bapak tersebut.     

"Ini buat bapak. Di makan ya pak, semoga bermanfaat. Ini juga ada sedikit uang untuk bapak. Siapa tahu, bisa bapak gunakan untuk membeli makanan. Bapak yang sehat ya, saya permisi dulu," ucap Carissa dengan memberikan senyuman terbaiknya. Bapak tersebut hanya bisa diam, tidak ada ucapan yang mampu dirinya keluarkan. Hanya air mata yang mengalir, menandakan bahwa saat ini dirinya begitu tersentuh dengan ucapan dan perilaku yang ditampilkan oleh Carissa.     

Wanita itu tidak membeda bedakan, derajat orang lainnya dan hal itu membuatnya seperti di pukul oleh benda tajam dan menusuk hatinya. Anak yang tidak dirinya ketahui, tumbuh menjadi wanita yang luar biasa.     

"Papa rindu kamu nak," ucapnya.     

Pria itu adalah Andi, dirinya sengaja menyamar menjadi seperti ini supaya bisa melihat dan berinteraksi dengan dekat kepada Carissa dan hal ini semakin membuat Andi terenyuh dengan sikap anaknya yang benar benar berbeda darinya. Carissa begitu baik, menyesal rasanya saat tahu dirinya sudah hampir melenyapkan nyawa anaknya dua kali, walaupun dari tangan orang lain.     

"Semoga kamu bisa memaafkan papa nak."     

###     

Halo halo halo. Selamat membaca dan semoga sehat selalu ya, terima kasih buat yang sudah baca dan memberikan batu kuasanya untuk Carissa dan Bian. Peluk cium dari Ryu dan Melody ya. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.